Ticker

6/recent/ticker-posts

Menggapai Prestasi di Masa Pandemi

 

Menggapai Prestasi di Masa Pandemi

 

            Teng... teng.... teng.... ! Bunyi jam dinding di rumahku sangat keras, sehingga aku terbangun dari tidur. “Alhamdulillahi at’amanaa ba’dama amaatana wailaihi nusyur” segala puji bagi Allah yang telah membangunkan aku sesudah mematikan aku   dan semua akan kembali kepadaNya. Itu doaku setiap bangun tidur di pagi hari. Kubuka jendela kamarku.

“Alhamdulillah.... betapa sejuknya udara pagi ini, segar rasanya,” gumamku dalam hati.

            Sebelum keluar kamar, aku  melipat selimut, menata bantal dan merapikan tempat tidur, itulah  kebiasaanku setelah bangun tidur. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi. Kulihat ibuku sedang di dapur. Beliau selalu bangun lebih awal dariku.

”Sudah bangun ya mbak Farah?” sapa ibuku.

Ibuku memang sering memanggilku dengan sebutan ”mbak Farah.” Padahal aku anak paling kecil dirumah.

”Ambil air wudhu dulu mbak Farah, kita sholat subuh berjamaah di masjid” kata ibuku kemudian.

Selesai wudhu aku mendekati ibu. Ibu sudah menyiapkan mukena, sajadah, dan masker untukku.

            Kami keluar rumah untuk sholat subuh di masjid. Di teras rumah ada bapak dan kedua kakakku, yaitu mbak Fatika dan mbak Fathin yang sudah menunggu. Kami berlima menuju masjid yang tidak jauh dari rumahku.

            Di depan masjid kami cuci tangan dengan sabun yang sudah tersedia. Sejak adanya pandemi Covid 19, masjid di desa kami menerapkan protokol kesehatan termasuk jaga jarak dan tidak berjabat tangan dengan jamaah lain demi menjaga kesehatan warga yang berjamaah di masjid.

            Sesudah sholat  subuh, ada pengajian yang diampu oleh pak kyai Muhtar.

’’Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh’’ beliau mengawali pengajiannya.

’’Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh’’ jawab jamaah serentak.

Pada pengajian pagi ini,beliau menerangkan tentang pentingnya kebersihan.

”Sebagai masyarakat muslim kita harus selalu menjaga kebersihan,baik kebersihan di rumah, di sekolah, tempat ibadah, tempat kerja, dan dimanapun kita berada. Apalagi pada situasi sekarang ini, kita harus benar-benar menjaga kebersihan diri sendiri dan menjaga kebersihan lingkungan. Karena kebersihan itu sebagian dari iman”, demikian pak kyai Muhtar mengakhiri tausiyahnya.

            Setelah selesai pengajian, semua jamaah pulang ke rumah masing-masing. Begitupun dengan aku dan keluargaku. Sampai di rumah kami meletakkan mukena dan sajadah di tempatnya. Biasanya, mbak Fatika selalu merapikan almari tempat mukena dan semua peralatan sholat di rumah. Dia kakakku yang paling rajin membantu ibu. Setelah merapikan peralatan sholat, mbak Fatika bergegas menuju belakang rumah untuk mengambil sapu lidi yang berjumlah tiga, satu untuk mbak Fatika  dan yang dua diberikan kepada mbak Fathin dan aku. Ibuku memang sengaja membeli banyak sapu lidi, karena beliau berharap agar kami anak-anaknya membiasakan diri mengerjakan pekerjaan rumah, agar kelak bila dewasa bisa mandiri dan bisa membantu orang lain.

            Kami bertiga menyapu halaman dan lingkungan sekitar dengan gembira dan senang hati.

”Alhamdulillah, tugas kita telah selesai” kata mbak Fathin sambil tersenyum.

Setelah itu kami mengembalikan sapu di gudang. Kamipun menuju kamar mandi untuk membasuh tangan dan kaki agar bersih.

”Anak-anak, sebaiknya kalian mandi dulu, walaupun tidak ke sekolah biasakan untuk tetap mandi pagikata ibu kepada kami.

”Aku mandi dulu ya mbak! kataku kepada mbak Fathin dan mbak Fatika.

”Oke, tapi cepat ya!” jawab kedua kakakku.

Aku pun mengambil handuk dan langsung mandi. Akhirnya kami bertiga sudah selesai mandi dan sudah rapi. Pagi ini aku memakai pakaian olah raga karena hari ini aku akan latihan tenis lapangan untuk persiapan POPDA tingkat Kecamatan. Sudah beberapa hari  sejak libur sekolah karena pandemi, aku dan beberapa temanku tetap  latihan tenis lapangan dengan tetap memakai aturan protokol kesehatan.

“ Ayo, mbak-mbak cantik, kalian sarapan dulu“ kata ibu.

Ibuku senang bergurau  dengan kami, anak-anaknya. Ternyata ibu memang sudah selesai memasak dan menyiapkan sarapan pagi di ruang makan. Pagi ini ibu memasak oseng-oseng kangkung dan menggoreng tempe  juga telur dadar.

”Hemm....betapa sedapnya masakan ibu” kata mbak Fatika sambil mengacungkan jempol tangannya.

”Betul....ibu memang pandai memasak” jawabku pada mbak Fatika.

Kami sarapan bersama dengan menu sederhana. Tak lupa, Bapak memimpin  kami berdoa kepada Allah SWT,yang telah memberi rejeki kepada kami sekeluarga.                                                          

 Setelah selesai sarapan pagi aku mencuci tangan, dan bergegas mengambil raket dan memakai sepatu olahraga, lalu bersiap-siap pergi latihan tenis di sekolah.

”Mbak Farah, ini air minum dan maskernya” kata ibu sambil memberikan botol air minum dan masker.

”Terima kasih bu....”jawabku.

Sebenarnya aku bisa mengambilnya sendiri, tetapi ibuku selalu menyiapkannya. Begitu besar perhatian ibu pada anak-anakmya.

“Farah....”tiba tiba ada suara memanggilku. Aku bergegas keluar rumah, ternyata teman-temanku sudah datang. Mereka adalah Dina, Gista dan Faiz.

“Ayo....kita berangkat”kata Faiz.

Aku pun pamitan pada ibu,”Bu, Farah berangkat latihan ya....”.

“Ya....mbak Farah.” jawab ibu.

“Kalian semua, hati-hati ya..” kata ibu kemudian.

Kami berempat berangkat latihan, dengan menaiki sepeda. Sambil naik sepeda kami berbincang-bincang. Saat di tengah jalan kami bertemu Dimas dan Putra. Keduanya  juga ikut latihan tenis sama seperti kami. Kami bersama-sama menuju sekolah. Sesampainya di sekolah kami turun dari sepeda dan memarkirnya di tempat parkir. Ternyata disana sudah ada pak Warto pelatih tenis kami yang sekaligus kepala sekolah di SD kami. Pak Warto itu orangnya baik, ramah, humoris, suka menolong, dan penuh perhatian. Selain pak Warto ada juga pak Purwoko, beliau pelatih sekaligus guru Olahraga di SD kami. Beliau orangnya baik, suka menolong, humoris dan ramah. Keduanya baik sekali.

Setelah kami datang dan berkumpul kami mendengar aba-aba.

“Ayo anak anak lari lima kali”, kata pak Warto.

Kami pun serempak menjawab “Iya pak.”

Lalu kami lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Selesai mengelilingi lapangan,  kami melakukan pemanasan dengan melompat dan meregangkan tangan, dengan tujuan agar saat bermain ataupun berlatih tenis, kami tidak cedera.

Setelah pemanasan kami pun bermain secara bergantian. Kami melakukan latihan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Suasana latihan cukup menyenangkan meskipun kami berpanas-panasan dan bermandikan keringat. Setelah beberapa saat  berlatih, kamipun  cukup lelah.

“Anak-anak, kalian istirahat dulu, nanti setelah istirahat dirasa cukup, kalian berlatih lagi”, kata pak Warto kepada kami. Kami berlatih dengan  semangat yang cukup tinggi. Hari terasa semakin panas karena memang sudah siang. Latihan tenis kali ini  dicukupkan sampai jam 10.00.

Sebelum kami  kembali ke rumah, pak Warto berpesan, “Anak-anak, minggu depan kalian akan bertanding dalam rangka POPDA tingkat Kecamatan. Jadi kalian harus semangat dan selalu menjaga kesehatan.”

“Ya Pak, kami akan berusaha untuk membawa nama baik  sekolah dan memperoleh kejuaraan”, kata Faiz mewakili kami semua.

 Sebelum pulang, untuk menghilangkan rasa lelah dan  haus , biasanya kami beristirahat di kantin  mbak Sri Wandi untuk membeli jajan yang tersedia. Sambil makan jajan kami berbincang-bincang dan bersenda gurau. Selesai makan jajan dan rasa lelah hilang, kami keluar kantin dan kembali ke pinggir lapangan tenis. Di sana ada beberapa orang yang sedang bermain tenis. Kami menonton untuk mempelajari gerakannya. Setelah menonton beberapa saat, kami pulang ke rumah masing-masing.

“Assalamu’alaikum”, ucapku saat sampi di rumah.

“Wa’alaikumussalam” jawab mbak Fatika.

Kemudian aku masuk rumah dan meletakkan tas yang berisi raket ditempatnya. Setelah itu aku mencuci tangan dan kaki, juga  ganti baju. Badan terasa segar. Setelah istirahat sebentar, aku mengerjakan tugas Belajar dari Rumah (BdR) yang diberikan ibu guru, yaitu membuat poster layanan masyarakat tentang virus Covid-19. Aku mengerjakan tugas itu dengan penuh semangat, karena menggambar juga merupakan  hobiku selain olah raga  tenis. Selesai membuat poster, kemudian aku mewarnainya sampai selesai, karena harus  dikumpulkan keesokan harinya.

Seminggu telah berlalu. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, yaitu pertandingan tenis di tingkat kecamatan. Dalam pertandingan ini  dibagi menjadi dua tahap, dengan tetap mematuhi peraturan protokol Covid 19. Hari pertama untuk pertandingan anak putra. Pertandingan diikuti oleh beberapa SD di wilayah kecamatan. Karena kondisi dan situasi masa pandemi,pertandingan hanya di tonton oleh para pemain yang belum mendapat giliran bertanding. Ketika wakil dari SD kami maju dalam pertandingan, aku, Dina dan Gista berteriak dengan kerasnya sebagai suporter.

” Ayo...semangat..ayo...sang juara!ucap kami.

Pertandingan tahap pertama berlangsung sampai menjelang siang. Semua wakil siswa putra dari SD kami telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai duta SD kami, dan juara 1 sampai 3 berhasil kami rebut. Pada hari berikutnya, pertandingan tahap kedua. Pemain tenis putri berlaga di lapangan tenis. Pertandingan tenis putri juga diikuti dari beberapa SD  di wilayah Kecamatan. Peraturan yang diterapkan tetap sama.Teman-teman pemain putra bergantian memberikan semangat kepada kami.

”Ayo... ayo...ayo...SD kita juaranya!ucap mereka. Merekapun tak henti-hentinya meneriakkan yel-yel..dengan kompaknya.

 

Seluruh pemain putri menunjukkan kemampuannya. Akhirmya, di siang yang panas pertandingan selesai. Tinggal menunggu hasil  kejuaraan. Alhamdulillah, seperti pemain putra sebelumnya, seluruh pemain putri berhasil menyabet semua kejuaraan. Ternyata perjuangan kami tidak sia-sia. Kami berhasil memboyong banyak piala. Terima kasih Pak Warto, Pak Purwoko, semua  Bapak Ibu guru, atas bimbingannya. Terima kasih   juga pada  teman- temanku atas supportnya. Tiada lupa pada keluargaku atas doa yang diberikan untukku. Aku senang sekali karena kegiatan pertandingan tenis  ini adalah pertandingan pertama bagiku, dan berhasil membawa pulang piala untuk keluargaku. Selain itu, pertandingan tenis ini menjadi pengobat rasa kecewaku karena sebenarnya beberapa waktu yang lalu, aku dan teman-temanku  mendapat kejuaraan Pesta Siaga di tingkat Kabupaten dan berhak maju ke tingkat karesidenan. Tetapi karena adanya Pandemi Covid 19, kegiatan Pesta Siaga  di tingkat Karesidenan akhirnya ditunda. Rasa kecewa itu  masih ada. Namun kita juga harus bisa membuangnya. Dan kini rasa kecewa itu bisa terobati dengan kemenangan ini. Alhamdulillah, kita harus selalu bersyukur, karena kita tetap mampu menggapai prestasi di masa pandemi.

 

Purworejo, 24 Maret 2021

Farahdiba Kholida

Siswi kelas 5 SDN Kemiri

Wilcambidik Kecamatan Kemiri

Kabupaten Purworejo

Posting Komentar

0 Komentar