Menggapai Prestasi di Masa Pandemi
Teng...
teng.... teng.... ! Bunyi jam dinding di rumahku sangat keras, sehingga aku
terbangun dari tidur. “Alhamdulillahi at’amanaa ba’dama amaatana wailaihi nusyur”
segala puji bagi Allah yang telah membangunkan aku sesudah mematikan aku dan
semua akan kembali kepadaNya. Itu doaku setiap bangun tidur di pagi hari.
Kubuka jendela kamarku.
“Alhamdulillah.... betapa sejuknya udara pagi ini,
segar rasanya,”
gumamku dalam hati.
Sebelum
keluar kamar, aku melipat selimut, menata bantal
dan merapikan tempat tidur, itulah kebiasaanku
setelah bangun tidur. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi. Kulihat ibuku
sedang di dapur. Beliau selalu bangun lebih awal dariku.
”Sudah bangun ya mbak Farah?” sapa ibuku.
Ibuku memang sering memanggilku dengan sebutan
”mbak Farah.” Padahal aku anak paling kecil dirumah.
”Ambil air wudhu dulu mbak Farah, kita sholat subuh berjamaah di masjid”
kata ibuku kemudian.
Selesai wudhu aku mendekati ibu. Ibu sudah menyiapkan mukena,
sajadah, dan masker untukku.
Kami
keluar rumah untuk sholat subuh di masjid. Di teras rumah ada bapak dan kedua kakakku, yaitu mbak
Fatika dan mbak Fathin yang sudah menunggu. Kami berlima menuju masjid yang tidak jauh dari rumahku.
Di depan
masjid kami cuci tangan dengan sabun yang sudah tersedia. Sejak adanya pandemi Covid 19, masjid di desa kami menerapkan protokol
kesehatan termasuk jaga jarak dan tidak berjabat tangan dengan jamaah lain demi
menjaga kesehatan warga yang berjamaah di masjid.
Sesudah
sholat subuh, ada pengajian yang
diampu oleh pak kyai Muhtar.
’’Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh’’
beliau mengawali pengajiannya.
’’Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh’’ jawab
jamaah serentak.
Pada pengajian pagi ini,beliau menerangkan tentang
pentingnya kebersihan.
”Sebagai masyarakat muslim kita harus selalu menjaga
kebersihan,baik kebersihan di rumah, di sekolah, tempat ibadah, tempat kerja, dan dimanapun kita berada. Apalagi pada situasi sekarang ini,
kita harus benar-benar menjaga kebersihan diri sendiri dan menjaga
kebersihan lingkungan. Karena kebersihan itu sebagian dari iman”, demikian pak kyai Muhtar mengakhiri tausiyahnya.
Setelah
selesai pengajian, semua jamaah pulang ke rumah masing-masing.
Begitupun dengan aku dan keluargaku. Sampai
di rumah kami meletakkan mukena dan sajadah di tempatnya. Biasanya, mbak Fatika selalu merapikan almari tempat mukena dan
semua peralatan sholat di rumah. Dia kakakku yang paling rajin membantu ibu. Setelah
merapikan peralatan sholat, mbak Fatika bergegas menuju belakang rumah untuk
mengambil sapu lidi yang berjumlah tiga, satu untuk mbak Fatika dan yang dua diberikan kepada mbak Fathin dan
aku. Ibuku memang sengaja membeli banyak sapu lidi, karena beliau berharap agar kami anak-anaknya membiasakan diri
mengerjakan pekerjaan rumah, agar kelak bila dewasa bisa mandiri dan bisa
membantu orang lain.
Kami
bertiga menyapu halaman dan lingkungan sekitar dengan gembira dan senang hati.
”Alhamdulillah, tugas kita telah selesai” kata mbak Fathin sambil tersenyum.
Setelah itu kami mengembalikan sapu di gudang. Kamipun
menuju kamar mandi untuk membasuh tangan dan kaki agar bersih.
”Anak-anak, sebaiknya kalian mandi dulu, walaupun tidak
ke sekolah biasakan untuk tetap mandi pagi”
kata ibu kepada kami.
”Aku mandi dulu ya mbak!” kataku kepada mbak Fathin dan mbak Fatika.
”Oke, tapi cepat ya!” jawab kedua kakakku.
Aku pun mengambil handuk dan langsung mandi. Akhirnya
kami bertiga sudah selesai mandi dan sudah rapi. Pagi ini aku memakai pakaian
olah raga karena hari ini aku akan latihan tenis lapangan untuk persiapan POPDA
tingkat Kecamatan. Sudah beberapa hari
sejak libur sekolah karena pandemi, aku dan beberapa temanku tetap latihan tenis lapangan dengan tetap memakai
aturan protokol kesehatan.
“ Ayo, mbak-mbak cantik, kalian sarapan dulu“ kata ibu.
Ibuku senang bergurau
dengan kami, anak-anaknya. Ternyata ibu memang sudah selesai memasak dan
menyiapkan sarapan pagi di ruang makan. Pagi ini ibu memasak oseng-oseng
kangkung dan menggoreng tempe juga telur dadar.
”Hemm....betapa sedapnya masakan ibu”
kata mbak Fatika sambil mengacungkan jempol tangannya.
”Betul....ibu memang pandai memasak” jawabku pada mbak Fatika.
Kami sarapan bersama dengan menu sederhana. Tak lupa,
Bapak memimpin kami berdoa kepada Allah
SWT,yang telah memberi rejeki kepada kami sekeluarga.
Setelah selesai sarapan pagi aku mencuci
tangan, dan bergegas mengambil raket dan memakai sepatu olahraga, lalu
bersiap-siap pergi latihan tenis di sekolah.
”Mbak Farah, ini air minum dan maskernya” kata ibu sambil memberikan botol air minum dan masker.
”Terima kasih bu....”jawabku.
Sebenarnya aku bisa mengambilnya sendiri, tetapi ibuku selalu
menyiapkannya. Begitu besar perhatian ibu pada anak-anakmya.
“Farah....”tiba tiba ada suara memanggilku. Aku bergegas
keluar rumah, ternyata teman-temanku sudah datang. Mereka adalah Dina,
Gista dan Faiz.
“Ayo....kita berangkat”kata Faiz.
Aku pun pamitan pada ibu,”Bu,
Farah berangkat latihan ya....”.
“Ya....mbak Farah.”
jawab ibu.
“Kalian semua, hati-hati ya..” kata ibu kemudian.
Kami berempat
berangkat latihan, dengan menaiki sepeda. Sambil naik sepeda kami berbincang-bincang. Saat di tengah jalan kami bertemu Dimas dan
Putra. Keduanya juga ikut latihan tenis
sama seperti kami. Kami bersama-sama menuju sekolah. Sesampainya di sekolah
kami turun dari sepeda dan memarkirnya di tempat parkir.
Ternyata disana sudah ada pak Warto pelatih tenis kami
yang sekaligus kepala sekolah di SD kami. Pak Warto itu orangnya baik, ramah,
humoris, suka menolong, dan penuh perhatian.
Selain pak Warto ada juga pak Purwoko, beliau pelatih
sekaligus guru Olahraga di SD kami. Beliau orangnya baik, suka menolong, humoris
dan ramah. Keduanya baik sekali.
Setelah kami
datang dan berkumpul kami mendengar aba-aba.
“Ayo anak anak lari lima kali”, kata pak Warto.
Kami pun serempak menjawab “Iya pak.”
Lalu
kami lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Selesai mengelilingi lapangan, kami
melakukan pemanasan dengan melompat dan meregangkan tangan, dengan tujuan agar
saat bermain ataupun berlatih tenis, kami tidak cedera.
Setelah
pemanasan kami pun bermain secara bergantian. Kami
melakukan latihan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Suasana latihan
cukup menyenangkan meskipun kami berpanas-panasan dan bermandikan keringat. Setelah
beberapa saat berlatih, kamipun cukup lelah.
“Anak-anak, kalian istirahat dulu, nanti setelah istirahat dirasa cukup, kalian berlatih lagi”,
kata pak Warto kepada kami. Kami
berlatih dengan semangat yang cukup
tinggi. Hari terasa semakin panas karena memang sudah siang. Latihan tenis kali
ini dicukupkan sampai jam 10.00.
Sebelum kami kembali
ke rumah,
pak Warto berpesan, “Anak-anak, minggu depan kalian akan bertanding dalam rangka POPDA
tingkat Kecamatan. Jadi kalian harus semangat dan selalu menjaga kesehatan.”
“Ya Pak, kami akan berusaha untuk membawa nama baik sekolah dan memperoleh kejuaraan”, kata Faiz
mewakili kami semua.
Sebelum pulang, untuk menghilangkan rasa lelah dan haus , biasanya kami beristirahat di
kantin mbak Sri Wandi untuk membeli jajan
yang tersedia. Sambil makan jajan kami berbincang-bincang dan bersenda gurau.
Selesai makan jajan dan rasa lelah hilang, kami keluar kantin dan kembali ke
pinggir lapangan tenis. Di sana ada beberapa orang yang sedang bermain tenis. Kami
menonton untuk mempelajari gerakannya. Setelah menonton beberapa saat, kami
pulang ke rumah masing-masing.
“Assalamu’alaikum”,
ucapku saat sampi di rumah.
“Wa’alaikumussalam” jawab mbak Fatika.
Kemudian aku masuk rumah dan meletakkan tas yang berisi
raket ditempatnya. Setelah itu aku mencuci tangan dan kaki,
juga ganti baju.
Badan terasa segar. Setelah istirahat sebentar, aku mengerjakan tugas Belajar
dari Rumah (BdR) yang diberikan ibu
guru, yaitu membuat poster layanan masyarakat tentang virus Covid-19. Aku mengerjakan tugas itu dengan
penuh semangat, karena menggambar juga merupakan hobiku selain olah raga tenis. Selesai membuat poster, kemudian aku
mewarnainya sampai selesai, karena harus dikumpulkan keesokan harinya.
Seminggu telah
berlalu. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba,
yaitu pertandingan tenis di tingkat kecamatan. Dalam
pertandingan ini dibagi menjadi dua
tahap, dengan tetap mematuhi peraturan protokol Covid 19.
Hari pertama untuk pertandingan anak putra.
Pertandingan diikuti oleh beberapa SD di wilayah kecamatan.
Karena kondisi dan situasi masa pandemi,pertandingan hanya di tonton oleh para
pemain yang belum mendapat giliran bertanding. Ketika wakil dari SD kami maju dalam pertandingan,
aku, Dina dan Gista berteriak dengan kerasnya sebagai suporter.
” Ayo...semangat..ayo...sang juara!“ ucap kami.
Pertandingan
tahap pertama berlangsung sampai menjelang siang. Semua wakil siswa putra dari SD kami telah selesai
melaksanakan tugasnya sebagai duta SD kami,
dan juara 1 sampai 3 berhasil kami rebut. Pada hari berikutnya, pertandingan tahap kedua.
Pemain tenis putri berlaga di
lapangan tenis. Pertandingan tenis putri juga diikuti dari beberapa SD di wilayah Kecamatan. Peraturan yang diterapkan tetap sama.Teman-teman
pemain putra bergantian memberikan semangat kepada kami.
”Ayo... ayo...ayo...SD kita juaranya!” ucap mereka. Merekapun tak henti-hentinya meneriakkan yel-yel..dengan kompaknya.
Seluruh pemain putri menunjukkan kemampuannya. Akhirmya, di siang yang
panas pertandingan selesai. Tinggal menunggu hasil kejuaraan.
Alhamdulillah, seperti pemain putra sebelumnya, seluruh pemain putri berhasil
menyabet semua kejuaraan. Ternyata
perjuangan kami tidak sia-sia. Kami berhasil memboyong banyak piala. Terima kasih
Pak Warto, Pak Purwoko, semua Bapak Ibu
guru, atas bimbingannya. Terima kasih
juga pada teman- temanku atas supportnya. Tiada lupa pada keluargaku atas doa
yang diberikan untukku. Aku senang
sekali karena kegiatan pertandingan tenis ini adalah pertandingan pertama bagiku,
dan berhasil membawa pulang piala untuk keluargaku. Selain itu, pertandingan
tenis ini menjadi pengobat rasa kecewaku karena sebenarnya beberapa waktu yang lalu, aku dan teman-temanku mendapat
kejuaraan Pesta Siaga di tingkat Kabupaten dan berhak maju ke tingkat karesidenan. Tetapi karena adanya Pandemi Covid 19, kegiatan Pesta
Siaga di tingkat Karesidenan akhirnya
ditunda. Rasa kecewa itu masih ada. Namun
kita juga harus bisa membuangnya. Dan kini rasa kecewa itu bisa terobati dengan
kemenangan ini. Alhamdulillah, kita harus selalu bersyukur,
karena kita tetap mampu
menggapai prestasi di masa pandemi.
Purworejo,
24 Maret 2021
Farahdiba Kholida
Siswi
kelas 5 SDN Kemiri
Wilcambidik
Kecamatan Kemiri
Kabupaten
Purworejo
0 Komentar