DOLANAN
TRADISIONAL SEBAGAI METODE
DALAM
PEMBELAJARAN
Dolanan tradisional merupakan bentuk
permainan yang berkembang berdasarkan kebiasaan masyarakat di daerah tertentu. Ada
berbagai jenis dolanan tradisional yang berkembang di daerah Jawa terutama di daerah
Jawa Tengah. Dolanan tersebut seperti engklek, jamuran, cublak-cublak suweng, egrang,
gobag sodor, dan lain sebagainya. Dolanan tradisional memiliki banyak manfaat
jika dimainkan oleh anak-anak terutama usia sekolah dasar. Dolanan dapat melatik
keterampilan peserta didik pada aspek psikomotor maupun sosial. Melalui dolanan
tradisional peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik ringan di dalam
sebuah permainan. Hal ini akan melatih kemampuan peserta didik pada ranah
psikomotor karena saat melakukan dolanan ada aktivitas seperti berlari, menari,
bernyanyi, melompat, dan aktivitas fisik lainnya. Selanjutnya, manfaat lain
dari dolanan tradisional yaitu melatih kemampuan sosial peserta didik. Hal ini
karena dolanan membutuhkan komunikasi yang baik dengan teman lain saat memainkan
sebuah permainan.
Dalam proses pembelajaran, metode
permainan tentunya sangat diminati oleh peserta didik di sekolah. Motivasi
peserta didik saat melaksanakan pembelajaran menggunakan permainan tentunya meningkat
karena suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dolanan tradisional bisa menjadi
salah satu alternatif untuk metode pembelajaran. Beberapa dolanan tradisional
yang bisa diinternalisasikan di dalam pembelajaran seperti engklek,
cublak-cublak suweng, dan jamuran. Dolanan tersebut bisa dimainkan dan
diinternalisasikan di berbagai materi pembelajaran. Pada tingkat sekolah dasar,
dolanan tersebut bisa juga diinternalisasikan ke dalam materi Bahasa Jawa.
Dolanan pertama yang bisa dijadikan diimplementasikan
di dalam metode permainan adalah engklek. Permainan ini dimainkan menggunakan bantuan
gaco dan gambar susunan persegi di tanah. Permainan ini menggunakan lompatan
dari satu persegi ke persegi lainnya. Untuk bisa diimplementasikan di dalam
pembelajaran, gaco yang biasanya menggunakan serpihan genting atau benda lain
bisa diganti dengan amplop materi. Nantinya peserta didik bisa mengumpulkan
amplop informasi tersebut untuk didiskusikan dengan temannya satu kelompok.
Amplop tersebut bisa dimodifikasi dengan motif batik, agar peserta didik juga
bisa mengenal budaya Indonesia dari media tersebut.
Dolanan kedua yang bisa diimplementasikan
di dalam metode permainan yaitu cublak-cublak suweng. Cublak-cublak suweng
merupakan permainan yang dilakukan oleh lebih dari 3 anak. Salah satu anak
bertugas sebagai penjaga permainan dengan posisi seperti sujud. Teman lainnya melakukan
permainan di atas punggung penjaga, dengan memindahkan gaco dari satu tangan ke
tangan lainnya. Untuk diimplementasikan di dalam pembealjaran, gaco ini diganti
dengan kertas berisi pertanyaan pembealajran. Hal ini bisa berfungsi untuk
membantu peserta didik merecall Kembali materi yang sudah dipelajari
sebelumnya. Saat permaianan cublak-cublak suweng, peserta didik juga menyanyikan
lagu Cublak-Cublak suweng secara semangat untuk menambah semarak permainan.
Permainan ketiga yang bisa digunakan
di dalam metode permainan yaitu jamuran. Jamuran dimainkan oleh 4-10 anak. Anak-anak
tersebut nantinya membentuk lingkaran besar dan memainkan permainan jamuran sambil
bernyanyi lagu “Jamuran”. Dalam menerapkan permainan jamuran di dalam
pembelajaran, bisa diisi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pembelajaran yang
sudah dilakukan sebelumnya. Permainan ini sejatinya merupakan permaianan
tebak-tebakan yang dikemas lebih menyenangkan karena diiringi dengan lagu-lagu yang
sifatnya semangat.
Dolanan tradisional hendaknya selalu
dilestarikan agar eksistensinya tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Guru di
sekolah perlu memperkenalkan permaianan ini kepada peserta didik, agar permainan
tradisional tidak dilupakan. Permaianan tradisional ini memiliki banyak manfaat
seperti dapat melatih ranah psikomotor peserta didik, melatih kemampuan
sosialisasi dan komunikasi terhadap orang lain, dan bisa diimplmentasikan
sebagai metode pembelajaran di sekolah.
SYLVIA
ANGGRAENI
GURU
SDN KALIREJO KECAMATAN GRABAG
KABUPATEN
PURWOREJO JAWA TENGAH
0 Komentar