Ticker

6/recent/ticker-posts

Covid Oh Covid

 

Covid Oh Covid

Dering alarm telah membangunkanku di pagi hari. Segera kurapikan tempat tidurku dan aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Setalah aku mandi dan sarapan pagi, aku berangkat ke sekolah bersama adik dan diantar oleh ibuku. Senang sekali rasanya. Karena di hari inipun aku bersama teman-teman barungku akan latihan pramuka lagi untuk persiapan lomba pesta siaga tingkat binwil di Wonosobo. Ya, beberapa waktu yang lalu kami berhasil meraih gelar Barung Tergiat 2 di ajang Pesta Siaga Tingkat Kwarcab Purworejo. Dengan begitu, kami berhak melanjutkan perlombaan di tingkat berikutnya.

Di saat yang bersamaan, pandemi Covid-19 mewabah dimana-mana. Begitu pula di sekitar tempat tinggalku. Aku tinggal di sebuah desa yang bernama desa Pageron. Letaknya di sebelah timur pusat kecamatan Kemiri kabupaten Purworejo. Sedangkan aku bersekolah di SD Negeri Kemiri, yang terletak di pusat kecamatan Kemiri. Tak kusangka, Sabtu kemarin adalah hari terakhirku belajar di sekolah karena Dinas Dikpora Kabupaten Purworejo memberi pengumuman bahwa semua jenjang pendidikan harus menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar di sekolah dikarenakan virus corona telah mulai mewabah di banyak lokasi.

Sedih sekali rasanya harus berpisah dengan tema-teman dan bapak ibu guru. Bapak ibu guru berpesan pada kami agar tetap belajar meskipun berada di rumah, dan tetap berlatih kemampuan pramuka untuk persiapan lomba. Program Belajar dari Rumah (BdR) mulai kami ikuti. Pada program BdR, bapak dan ibu guru memberikan pelajaran kepada kami melalui media whatsapp. Hal ini dilakukan setiap hari dan sesuai jadwal pelajaran harian di kelas. Selain itu, pemerintah juga menyiarkan program TV edukasi yang disiarkan di TVRI. Program tersebut berisi materi-materi pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kami.

Di pagi hari, aku bangun pagi seperti biasanya. Walaupun tidak berangkat ke sekolah, namun ibuku mewajibkan untuk tetap bangun pagi setiap hari.  Setelah menata tempat tidur dan shalat subuh, aku membantu ibuku membersihkan halam rumah bersama adikku. Hal ini kami lakukan dengan senang hati. Halaman rumah terlihat bersaih dan rapi, badan berkeringat terasa segar sekali. Kami lalu mandi dan bersiap-siap untuk belajar. Tak lupa akupun tetap berlatih pramuka di rumah. Awalnya terasa membosankan, karena aku harus berlatih tanpa teman-temanku, tetapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa.

Tak terasa wabah virus corona belum mau beranjak dari lingkunganku. Hingga tahun ajaran baru tibapun kami masih harus mengikuti program BdR. Beruntung, sekolahku menerapkan kebijakan belajar kunjung kelompok. Bapak ibu guru mengajar kami di rumah kami, tetapi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa dan harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Hal ini sangat membantu dan membuat kami gembira. Karena kami bisa bertemu dengan guru dan teman-teman walaupun belum boleh berkumpul di sekolah. Seperti saat itu, bu Widi yang menjadi wali kelasku datang ke rumahku untuk mengajar kami. Bu Widi membawa papan tulis kecil dan buku pelajaran  untuk kami. Waktu belajar kelompok yang dilakukan hanya 2 jam, karena dalam 1 hari ada 2 kelompok yang harus belajar. Setelah dari rumahku, bu Widi segera menuju rumah temanku yang lain.

Setelah waktu belajar kelompok usai, aku melanjutkan belajarku untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh bu guru. Bu guru berpesan, jangan jadikan tugasmu sebagai beban dan kerjakanlah secara disiplin. Hal ini akan memberikan manfaat untuk kami di kemudian hari. Selain itu, akupun membantu adikku dalam belajar. Karena kami bersekolah di sekolah yang sama, program belajar yang diterapkan juga sama.

Alhamdulillah, akhirnya sekolahku mengeluarkan kebijakan program konsultasi terprogram yang dilakukan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebelum masuk ke area sekolah, kami harus cek suhu badan terlebih dahulu. Kemudian kami cuci tangan menggunakan sabun, baru setelah itu kami masuk ke kelas. Walaupun kami hanya masuk 3 kali dalam seminggu, kami merasa sangat senang sekali.

Beberapa waktu yang lalu, bu guru memberi tugas kepada kami untuk membuat 2 buah puisi. Puisi yang terpilih nantinya akan bu guru sertakan dalam Lomba Menulis Puisi dalam rangka menyambut Bulan Bahasa yang diadakan oleh komunitas menulis di Yogyakarta.  Puisi yang dibuat temanya bebas. Boleh lingkungan alam, diri sendiri, hewan, ataupun tumbuhan. Awalnya aku merasa sangat kesulitan. Tetapi setelah bu guru membimbing kami tentang bagaimana cara membuat puisi yang mudah, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba membuat puisi. Rancangan puisi yang sudah kutulis kuberikan kepada bu guru. Bu guru pun membacanya dengan seksama. Ada beberapa hal yang harus kuperbaiki. Tapi hal ini membuatku merasa semakin penasaran dan ingin segera menyelesaikan puisiku. Puisi pertama selesai, kulanjutkan membuat rancangan puisi kedua. Seperti biasa, rancangan puisiku kuserahkan kepada bu guru saat pembimbingan.

 Beberapa hari kemudian, bu guru berkata bahwa puisi yang kami buat sudah ada yang terpilih lalu dikirim ke panitia lomba, namun bukan hasil karyaku. Aku merasa kecewa, karena puisi yang kubuat ternyata tidak terpilih bersama puisi temanku yang lain. Tetapi bu guru selalu menasihati kami, jika kita belum terpilih  dalam lomba cipta puisi, bukan berarti puisi yang tulis buat jelek. Yang penting kita telah berusaha membuat dan mendapat pengalaman baru dan berharga dengan menulis puisi. Tidak semua siswa berani mencoba dan berusaha untuk membuat puisi yang indah. Masih banyak manfaat lainnya yang kami dapat dan akan ada kesempatan di lain hari.

Di lain kesempatan, saat kami sedang mengikuti kegiatan Konsultasi terprogram di sekolah, kami belajar tentang poster. Bu Widi menjelaskan bahwa di dalam poster, unsur yang harus ada antaralain berupa gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut harus sesuai dengan tema poster. Bu Widi meminta kami untuk mencoba membuat poster dengan tema lingkungan. Aku merasa senang, karena menggambar adalah salah satu hobiku. Aku berjanji akan berusaha membuat poster sebaik mungkin.

Aku mulai membuat sketsa posterku. Aku ingin membuat poster tentang himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan, yaitu dengan membuang sampah pada tempatnya. Setelah sketsa jadi, kemudian gambar aku beri warna dan tulisan yang menarik. Akhirnya, setelah proses yang cukup lama, poster buatanku jadi. Saat posterku kuserahkan untuk dinilai, bu Widi memuji poster buatanku. Beliau berkata bahwa antara gambar dan tulisan yang diberikan sesuai dengan temam dan teknik pewarnaannya sangat bagus. Hatiku berbunga-bunga, karena hasil karyaku dipuji oleh bu Widi dan yang lebih membuatku bahagia adalah ketika posterku dipajang di majalah dinding sekolah. Itu artinya, akan banyak siswa di sekolahku yang melihat hasil karyaku. Akhirnya aku bisa menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati oleh orang lain. Tetapi bu guru dan orang tuaku selalu berpesan agar jangan menjadi anak yang tinggi hati karena kelebihan yang kita miliki. Kita harus tetap rendah hati dan selalu belajar sampai kapanpun, bagaimanapun keadaannya. Pandemi tak menghalangi siapapun untuk tetap belajar dan berkarya, asal kita mau berusaha dan yakin akan berhasil.

Sampai saat ini, aku dan teman-temanku masih mengikuti Kegiatan Konsultasi terprogram di sekolah. Memang banyak kegiatan yang dibatasi, tetapi kami tetap semangat dalam belajar. Semoga keadaan akan segera berubah, dan kami bisa belajar bersama seperti dulu lagi. 

Purworejo,  Maret 2021

Hania Putri Jovita

Siswi kelas 5 SDN Kemiri

Wilcambidik Kecamatan Kemiri

Kabupaten Purworejo

 

Posting Komentar

0 Komentar